BACAAN.NET – Persoalan sampah di Indonesia ini sudah kaya sinetron Ikatan Cinta yang tidak ada habisnya. Masalah ini terjadi dari hulu sampai hilir. Bagaimana tidak, dari pabriknya saja tetap memproduksi plastik atau bahan-bahan lain yang itu pasti menimbulkan sampah.
Selain itu, ada lagi sampah yang berasal dari tumbuhan atau hewan yang biasa disebut dengan sampah organik. Nah dari sini saja kita sudah tau jika persoalan sampah ini tidak sesederhana itu. Banyak elemen-elemen yang saling berhubungan. Maka dari itu perlu dipikirkan dengan begitu matang dan cermat solusi terkait masalah ini.
Ya itu kalau emang mau selesai sih.
Lah gimana wong masalah ini sudah terjadi begitu lama dan berlarut-larut. Sehingga tak jarang kita mendengar bencana alam di Indonesia itu salah satunya disebabkan oleh sampah. Bencana alam banjir misalnya.
Lantas apakah pemerintah maupun masyarakat hanya berpangku tangan saja melihat fenomena ini. Oh jelas tidak. Baik pemerintah maupun masyarakat juga turut andil dalam menyelesaikan masalah sampah ini.
Slogan “Buanglah Sampah Pada Tempatnya”
Kita sering menjumpai berbagai slogan “Buanglah Sampah Pada Tempatnya” atau “Dilarang Buang Sampah di Sini,” dan masih banyak slogan atau imbauan yang lainnya.
Bahkan nih ya, dari berbagai kalangan baik pemerintah maupun masyarakat telah menggalakan kampanye “Buanglah Sampah Pada Tempatnya” seperti halnya yang dilakukan oleh Binus Teach for Indonesia (TFI) yang menggelar kampanye “Yuk Buang Sampah Pada Tempatnya” pada 2013 lalu.
Dalam kampanye itu TFI mengajak masyarakat Jakarta untuk membuang sampah pada tempatnya. Dalam menjalankan kampanye nya itu, TFI mengadakan pula lomba foto, video dan blog yang berkaitan dengan buang sampah pada tempatnya.
Hal serupa dilakukan oleh SMK Perguruan Rakyat 2 yang mengakampanyekan membuang sampah pada tempatnya dengan cara membuat poster di area sekolah.
Tidak hanya itu, pada 2019 Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kendal, Jawa Tengah juga menggalakan kampanye “Tidak Membuang Sampah Sembarangan”.
Setelah adanya berbagai kampanye itu, apakah masalah sampah selesai? Tidak juga, buktinya di Jakarta masih ada banjir, kemudian di berbagai daerah juga tetap menjadi langganan banjir.
Volume Sampah Ibukota
Di Ibu Kota Jakarta sendiri volume sampah tiap harinya mencapai 6,716 m3 sehingga pihak pengelola sampah pun kewalahan mengatasinya meski telah dikerahkan 211 unit kendaraan pengangkut sampah dan 120 Tempat Pembuangan Sampah (TPS).
Itu baru di Jakarta saja. Jika ditotal, di Indonesia ini pada tahun 2020 menghasilkan 67,8 ton sampah. Sampah-sampah itu berdasarkan data dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), 37,3% berasal dari aktivitas rumah tangga, 16,4% berasal dari pusat tradisional, 7,29% dari perniagaan, 5,25% dari fasilitas publik, dan 3,22% dari perkantoran.
Itu adalah sampah yang telah terkumpul, belum lagi sampah yang berceceran di pinggir jalan, di lapangan, atau di tempat umum lainnya.
Seandainya nih ya semua orang di Indonesia sudah taat untuk membuang sampah pada tempatnya. Namun, pertanyaan berikutnya ialah, mau dikemanakan sampah yang begitu banyaknya itu?
Baca juga: Contoh Teks Eksplanasi Lengkap
Sobat bacaan.net sudah mulai memiliki bayangan? Iyupsss, jika mengarah pada hulu sampai hilir seperti yang telah dibahas diawal, maka solusinya ialah melakukan daur ulang. Kita sadar bahwa kita tidak mungkin bisa menghentikan produksi sampah wong hampir tiap hari kita makan, kita mandi, kita beraktivitas pun hampir semua apapun yang tersisa itu kan akan menjadi sampah.
Maka salah satu caranya ialah melakukan daur ulang pada sampah itu. Dengan seperti ini maka permasalahan yang terjadi dari hulu sampai dengan hilir bisa mulai terurai.
Misalnya saja nih ya, semua orang di Indonesia semuanya telah membuang sampah pada tempatnya, kemudian semua sampah yang telah terkumpul itu didaur ulang maka tidak ada tuh tumpukan sampah yang sudah seperti gunung di Tempat Pembuangan Sampah (TPS).
Setelah hal itu terjadi, maka salah satu dampak positifnya ialah bencana alam seperti banjir pun mulai bisa dikurangi serta polusi yang diakibatkan oleh sampah pun berkurang.
Kontributor: Bangkit N.